By: Anastasia Putri V.
Sekarang ini lagi booming banget sama yang namanya pemilihan kepala daerah (pilkada). yang artinya banyak banget orang dari latar belakang yang berbeda-beda jadi paham banget tentang yang namanya politik. Aku nggak memungkiri bahwa aku ikut terhanyut dalam euforia tersebut, karena sebagai salah satu warga negara Indonesia wajar dong kalo aku juga ingin berpendapat seperti apa sih pemimpin idaman itu?... tentu saja pemimpin untuk kita semua ya, bukan pemimpin rumah tangga!
Sekarang ini lagi booming banget sama yang namanya pemilihan kepala daerah (pilkada). yang artinya banyak banget orang dari latar belakang yang berbeda-beda jadi paham banget tentang yang namanya politik. Aku nggak memungkiri bahwa aku ikut terhanyut dalam euforia tersebut, karena sebagai salah satu warga negara Indonesia wajar dong kalo aku juga ingin berpendapat seperti apa sih pemimpin idaman itu?... tentu saja pemimpin untuk kita semua ya, bukan pemimpin rumah tangga!
Sebelumnya aku mau mengakui satu hal, yaitu di daerahku nggak ada pilkada di tanggal 15 Februari 2017 kemarin. Hanya saja pilkada wilayah DKI Jakarta menyedot perhatianku begitu besar. Entah mengapa tiba-tiba jadi ingin menjadi salah satu warga Jakarta dalam pemilihan kali ini. Oke guys, aku akan bahas ya mengapa secara tiba-tiba aku ingin jadi salah satu warga DKI Jakarta.
Well, aku memang bukan orang yang tahu banyak tentang politik. Tapi, dalam pemilihan kepala daerah di Jakarta ini sangat terasa banget bumbu-bumbu politiknya. Jika melihat Kota Jakarta beberapa tahun silam, mungkin tidak seindah sekarang yang mana Jakarta kini sudah mulai tertata dan diperbaiki segala fasilitasnya. Warga dibekali dengan berbagai kenikmatan sehingga yang tadinya tidak bisa sekolah, kini punya kesempatan yang sama dengan teman seusianya untuk dapat menikmati bangku sekolah. Warga yang tadinya tinggal di bantaran sungai, kini sudah diberikan tempat yang layak untuk dihuni dan tidak takut lagi jika terkena banjir. Warga juga begitu diperhatikan masalah gizi sehingga mendapatkan gizi yang baik untuk menunjang kesehatannya, dan masih banyak lagi hal yang telah dilakukan untuk memanusiakan manusia di wilayah Jakarta.
Seharusnya kita bangga dengan keadaan Jakarta saat ini. Segala bentuk penggusuran, dilakukan dengan maksud dan tujuan yang baik. Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, yang mana seharusnya kesejateraan penduduk adalah menjadi fokus bagi pemerintah. Namun kini, Jakarta hanya digunakan sebagai objek bagi para petinggi untuk mendapatkan kekuasaan. Segala fitnah dilayangkan hingga isu SARA-pun menjadi-jadi. Berdalih agama, semua orang mulai pintar berpolitik tanpa memikirkan keberagaman yang ada.
Begitu sulit bagiku pribadi, ketika kaum minoritas dijadikan sebagai alat untuk berpolitik. Agama. Indonesia mengakui 5 agama; Islam, Katolik, Kristen, Budha dan Hindu. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah mengapa masyarakat Indonesia masih mempermasalahkan dan memperdebatkan perbedaan agama tersebut? Apakah Tuhan akan menanyakan apa agamamu saat kamu mati nanti? Dan sebenarnya siapa sih yang menciptakan agama itu? Apakah Tuhan menciptakan agama? Ini adalah pertanyaan reflektif.
Aku nggak pernah peduli apa agamamu. Selama kamu orang yang baik dan bisa menciptakan hal-hal yang baik, maka aku akan mendukung. Toh agamamu tidak akan berpengaruh dalam hidupku. Agamamu adalah urusanmu dan agamaku adalah urusanku. Hanya Tuhan yang tahu itu. Jadi teman-temanku, tolonglah bersikap objektif dalam segala hal, bayangkan jika kalian kaum minoritas itu. Apakah kaum minoritas tidak punya kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin di Indonesia? Bagaimana jika dia berpengaruh besar terhadap kemajuan Indonesia?
Kadang kala, aku berfikir apa alasan orang-orang yang hebat di Indonesia justru memilih pergi dan sukses di Negara lain. Ternyata inilah akar masalahnya! Tidak semua masyarakat bersedia menghadapi perubahan dan menerima perbedaan. Orang yang sudah benar-benar sukses dan berprestasi di Negeri ini justru ditolak dalam mengemban tugasnya yang mana prestasinya sudah sangat membanggakan. Ingatlah bahwa orang berprestasi, dimanapun ia akan dibuang maka ia akan tetap berprestasi. Jangan memimpikan perubahan, kalau kalian sendiri tidak mau membuka mata dan pikiran kalian lebar-lebar. Perubahan dimulai dari diri kita sendiri guys. Mulai sekarang bersikaplah objektif dalam segala hal dan berpikir positif realistis. Jangan menggunakan cara-cara pengecut untuk menjadi seorang pemimpin, jadilah seorang pemimpin yang berani dan besar hati.
Bapak Basuki Tjahaya Purnama adalah satu alasan mengapa aku ingin menjadi warga DKI Jakarta. Ia adalah sosok yang hebat menurutku. Tidak peduli apa agama dan rasnya, tapi aku melihat bukti bahwa Jakarta menjadi lebih baik saat dipimpinnya. Padahal baru 2 tahun ia berkuasa, namun perubahan sudah begitu kentara dan masyarakat Jakarta bisa menikmatinya. Aku percaya jika toh pada pemilihan kepala daerah kali ini Pak Basuki tidak memenangkannya, namun beliau pasti bisa berkarya di tempat lain. Bahkan di tempat yang lebih baik sekalipun. Sekarang, coba camkanlah sebenarnya masyarakat Jakarta yang membutuhkan sosok Pak Basuki atau Pak Basuki yang membutuhkan kalian?
Aku juga percaya banget, selepas beliau tidak menjadi Gubernur di Jakarta, karirnya akan tetap baik karena beliau orang yang jujur dan berpikiran terbuka. Ketika beliau tidak menjadi Gubernurpun kekayaan juga masih bisa ia raih. Tapi saat ini beliau MAU mengabdikan diri untuk masyarakat Jakarta, yang nyatanya:
1. Masyarakat Jakarta MASIH ADA yang tidak mengakui kinerja baiknya
2. Segala fitnah ditujukan demi untuk menenggelamkan dirinya
3. Masih menganggap beliau PENISTA AGAMA
Apakah kalian salah satunya? Ataukah kalian sama sepertiku yang begitu mengagumi beliau?
Jika kalian menginginkan perubahan di Jakarta, bantulah Pak Basuki untuk mewujudkannya. Karena belum tentu paslon yang lain akan mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta. Bagaimana Jakarta bisa berubah kalau kalian aja nggak mau berubah? Biasakan deh mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya buang sampah di tempat sampah, berpikir positif dan open minded. Karena sejujurnya kalianlah yang harus berubah, bukan Pak Basuki. :")
Oya, pasti kalian ada yang ngatain aku "Bukan orang Jakarta aja repot. Diem aja sih Lu!" hehehehe. Biarpun aku bukan orang Jakarta tapi aku orang Indonesia. Mana tau besok aku ketemu sama orang-orang macem kalian yang pikirannya masih terkurungdan masih sulit untuk membuka diri. Dan sekali lagi Jakarta adalah tolak ukur Indonesia. Jika Gubernur seperti Pak Basuki ada di seluruh penjuru Indonesia, bayangkan apa yang terjadi...... *bayangin sambil senyum2*. Oh ya btw aku juga proficiat sama Gubernur Jawa Tengahku, Pak Ganjar Pranowo yang hobbynya sama kayak Pak Ahok dan Pak Jokowi, BLUSUKAN. Semoga bisa menginspirasi selalu Pak, Amin :)
Oya, pasti kalian ada yang ngatain aku "Bukan orang Jakarta aja repot. Diem aja sih Lu!" hehehehe. Biarpun aku bukan orang Jakarta tapi aku orang Indonesia. Mana tau besok aku ketemu sama orang-orang macem kalian yang pikirannya masih terkurungdan masih sulit untuk membuka diri. Dan sekali lagi Jakarta adalah tolak ukur Indonesia. Jika Gubernur seperti Pak Basuki ada di seluruh penjuru Indonesia, bayangkan apa yang terjadi...... *bayangin sambil senyum2*. Oh ya btw aku juga proficiat sama Gubernur Jawa Tengahku, Pak Ganjar Pranowo yang hobbynya sama kayak Pak Ahok dan Pak Jokowi, BLUSUKAN. Semoga bisa menginspirasi selalu Pak, Amin :)
0 comments:
Post a Comment